VIVAnews -- Setelah mencecar putrinya Nesyawati, giliran Panitia Kerja Mafia Pemilu Komisi II di DPR RI mendengarkan keterangan mantan hakim Mahkamah Konstitusi (MK), Arsyad Sanusi, Selasa 28 Juni 2011.
Dalam paparannya di muka Panja, Arsyad menjelaskan posisinya dalam kasus dugaan surat palsu di Mahkamah Konstitusi terkait penetapan calon legislatif Dewi Yasin Limpo.
"Isu-isu yang dituduhkan Ketua MK, Mahfud MD, bahwa saya memberikan perintah, penekanan, ancaman, dan merusak hidup panitera, saya dan keluarga hanya tersenyum dan berucap Alhamdulillah," kata dia di Gedung DPR, Selasa 28 Juni 2011.
Kata Arsyad, bukan dia dan keluarga yang sedang diuji Allah. "Tapi lembaga peradilan MK itu sendiri," tambah dia. Ia menilai kasus yang kini menjeratnya adalah pengalihan isu dugaan suap dari mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhamad Nazaruddin ke Sekretaris Jenderal MK, Janedjri Gaffar. Soal pemberian uang Sin$120 ribu dari Nazar. "Sekali lagi, ini adalah pengalihan isu," kata dia.
Arsyad mengaku, tak habis pikir mengapa kasus ini kembali mencuat. Kata dia, Mestariyani Habie telah mendapatkan haknya duduk sebagai anggota dewan. "Yang bersangkutan tak pernah melapor," kata dia.
Ditambahkan dia, MK juga telah melakukan koreksi. "Munculnya surat palsu menunjukkan lemahnya penguasaan dan pemahaman Mahfud MD, Sekjen MK, dan panitera terhadap teknis administrasi yudisial," kata Arsyad. "Sekaligus ketidakmampuan Ketua MK membina bawahannya,' kata dia.
Sebelumnya, Arsyad Sanusi, mengaku kenal Dewi Yasin Limpo, yang juga pernah datang ke rumahnya. Namun, kata dia, kedatangan Dewi hanya bersilaturahmi saja.
Arysad menolak jika kedatangan itu dijadikan fakta hukum terkait kasus pemalsuan surat putusan sengketa pemilu MK. "Datang sebagai keluarga. Anda datang itu fakta, tak bisa disangkal kebenarannya. Kalau anda caci maki saya, itu baru legal fact, fakta hukum. Harus dibedakan, Sebagai warga masyarakat Indonesia," kata Arsyad. Dia mengaku mengenal Dewi sejak usia wanita itu masih kecil.
Selain menjelaskan posisinya dalam kasus ini, Arsyad juga berkoar akan buka-bukaan. Nama Wakil Ketua KPK, Bibit Samad Riyanto sempat terucap dari bibirnya. "Bibit Samad Riyanto akan saya buka karena beliau yang membuka aib ini," kata Arsyad. Namun, meski didesak beberapa anggota Dewan, ia belum menjelaskan apa maksud pernyataannya itu.
Sebelumnya, soal rencana buka-bukaan Arsyad, Mahfud bahkan mempersilakan untuk membongkar semua kebobrokan MK. "Dia boleh bicara apa saja. Saya akan senang mendengarnya, saya harap dia bisa bongkar kalau ada kebobrokan di MK," kata Mahfud kepada VIVAnews. (eh)
• VIVAnews semakin cepat terbuka semaikn baik berarti makin cepat bisa berbenahYa iyalah orang berperkara/tidak mendatangi rumah pejabat engga mungkin bilang maksud aslinya...pasti mereka bilang "silaturahmi"
0 komentar:
Posting Komentar